Tim Arkeolog Mulai Terjun ke Lokasi Penemuan Emas

Sabtu, 23 November 2013


Tim ahli Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh, Jumat (15/11) pagi mulai turun dan meninjau langsung ke lokasi penemuan ratusan keping koin emas (dirham) peninggalan Kerajaan Aceh di Kuala Krueng Geudong, Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.

Kepala BPCB Banda Aceh, Drs Nur Alam yang dihubungi Serambi tadi malam mengatakan, para arkeolog BPCB Banda Aceh dibantu arkeolog dari Balai Arkeologi Medan serta arkeologi independen hanya sebatas melakukan observasi.

Artinya, kata Nur Alam, para arkeolog belum sampai kepada tahap mengambil sampel atau meneliti benda-benda yang selama ini ditemukan di lokasi Kuala Krueng Geudong, Gampong Pande, seperti dirham atau sepasang pedang VOC.

“Kami baru sebatas mengumpulkan data-data yang selanjutnya akan kami bawa ke Jakarta untuk kami laporkan ke Dirjen Kebudayaan Kepmendikbud RI,” kata Nur Alam.

Mendikbud Mohammad Nuh menyikapi penemuan koin emas dan benda-benda bersejarah di sekitar situs Gampong Pande. Mereka meminta masyarakat yang masih memegang benda-benda bersejarah itu untuk menyerahkan ke negara. Kemendikbud juga menyiapkan kompensasi atau dana tebusan.

"Jika ada masyarakat yang memiliki benda-benda bersejarah, mohon didaftarkan ke pemerintah," katanya di Jakarta., lansir JPNN.

Mohammad Nuh menegaskan pemerintah memiliki mekanisme untuk membeli atau memberikan kompensasi uang kepada masyarakat untuk melepas barang-barang bersejarah itu. Tetapi sampai sekarang, belum ditetapkan anggaran untuk menebus koin-koin emas itu dari masyarakat.


Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Kacung Marijan mengelak jika Kemendikbud disebut kecolongan terkait penemuan koin emas itu. 

"Penemuan oleh masyarakat itu wajar. Kadang kita (pemerintah, red) duluan, kadang masyarakat duluan," ujarnya.

Kacung mengatakan saat ini tim dari Balai Pelestarian dan Cagar Budaya (BPCB) Aceh untuk terjung ke lapangan. Kacung masih belum bisa mengatakan lebih detail rencana menebus atau memberikan kompensasi ke masyarakat yang bersedia memberikan koin emas itu. 

"Yang penting kita identifikasi dan kita selamatkan dulu," papar dia.

Kacung menegaskan kasus penemuan koin emas ini sekaligus dijadikan sebagai media edukasi masyarakat, Namun pada prinsipnya sangat dimungkinkan pemberian imbalan kepada masyarakat yang memegang benda-benda bersejarah tadi.

Sementara itu, dosen FKIP Sejarah, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Husaini Ibrahim mendesak pemerintah segera melakukan penelitian. Karena Gampong Pande menurut catatan sejarah merupakan pusat kerajaan Islam dan pusat perdagangan sejak tahun 1205 sampai dengan 1218.

"Lokasi itu memang pusat kerajaan, besar kemungkinan berada pada abad ke-13 dan 16," kata Husaini yang juga menyelesaikan disertasi tentang sejarah di Gampong Pande.

"Jadi ini tanda tanya, kenapa waktu tsunami tidak muncul," imbuhnya, dilansir Merdeka.

Oleh karena itu, penting pemerintah untuk segera mengambil langkah kongkrit untuk menyelamatkan cagar budaya tersebut. Katanya, ini indentitas Aceh yang mesti harus dijaga dengan baik.

atjehcyber.com

4 Stigma Buruk Australia Terhadap Indonesia

Headline

Beragam pandangan masyarakat Australia mengenai Indonesia. Ada yang baik, namun tidak sedikit pula yang menghina.

Pandangan itu bisa muncul karena ketidaktahuan, kesalahan informasi, maupun stigma yang sudah tertanam sejak lama. Itulah mengapa hubungan Indonesia dan Australia selalu diwarnai pasang surut.

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Newspoll atas permintaan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) pada 2012 misalnya, terlihat adanya perbedaan pandangan antara pemerintah dengan masyarakatnya dalam melihat Indonesia.

Ketika pemerintah kedua negara saling berpelukan, tidak demikian dengan masyarakatnya. Berikut beberapa pandangan masyarakat Australia mengenai Indonesia yang dirangkum dari inilahcom, dari berbagai sumber.

4. RI Ancaman Bagi Australia

Survei Newspoll juga menyebutkan hampir separuh dari orang Australia yang disurvei menganggap bahwa Indonesia adalah ancaman bagi keamanan Australia. Ini memang bukan hal baru sebab untuk pertama kalinya Indonesia dipandang sebagai ancaman ketika Indonesia menginvasi Timor Timur

Sejak 1980-an, Australia menganggap Indonesia sebagai negara yang paling bakal mengancam. Sebuah survei pada 1993 juga menyebutkan bahwa 57% orang Australia percaya bahwa Indonesia bisa mengancam keamanan Australia dalam 15 tahun mendatang.

3. Mengancam Keamanan

Hugh White, seorang profesor studi strategis di Australian National University dan visiting fellow di Lowy Institute menulis sebuah artikel di The Age, dengan judul "Indonesia's rise is the big story we're missing: Can Australia handle having a stronger, richer neighbour?"

Dalam pandangan White, semakin kuat Indonesia, semakin mengancam pula Indonesia terhadap Australia. Semakin maju perekonomian Indonesia, semakin maju pula militernya. Saat itulah, Indonesia benar-benar menjadi ancaman bagi Australia.

White menulis, sekarang kondisinya sudah berbeda. Jangan pernah berpikir bahwa Indonesia membutuhkan bantuan dan Indonesia akan berterima kasih. Yakinlah bahwa tak ada seorangpun yang mau menerima belas kasihan dari orang lain, terutama dari tetangga. Siapapun yang menawarkan bantuan justru akan mendapat cakaran daripada ucapan terima kasih.

Yang terjadi sekarang, semakin Indonesia tumbuh, semakin banyak bantuan yang justru merusak, bukannya menciptakan hubungan sebagaimana yang diharapkan Australia.

2. Tidak Demokratis

Dari survei Newspoll tersebut terungkap bahwa sebagian besar masyarakat Australia memandang Indonesia bukanlah negara demokratis. Sebagian besar (53%) memandang bahwa Indonesia dijalankan dengan syariat Islam. Hanya 47% yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara demokratis.

Pendapat tersebut bisa dipengaurhi berbagai hal. antara lain masih tertanam di benak mereka bahwa Indonesia masih seperti ketika di bawah Soeharto.

1. Sarang Koruptor

Dari survei Newspoll, terungkap pula bahwa lebih dari dua pertiga orang Australia melihat Indonesia sebagai sarang koruptor, dan hanya seperempat yang menilai Indonesia sudah memiliki sistem politik yang baik. Para peneliti meyakini, selama prasangka masih menang atas fakta, tampaknya akan selalu ada risiko para politisi Australia bermain-main dengan prasangka itu, untuk memperoleh keuntungan politik sesaat.

atjehcyber.com
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Aroll FC blog's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger